Selamat Datang Di Blog Yang Sederhana Ini

Kamis, 08 Januari 2015

Makalah tentang lingkungan tumbuh tanaman budidaya




TUGAS PENULISAN MAKALAH
        BUDIDAYA TANAMAN
TENTANG LINGKUNGAN TUMBUH TANAMAN BUDIDAYA
          
               DI BUAT OLEH :
                         Nama  : Rifandi Mustafa Banapon
                         Nim    : 2014-81-051
                                     Prodi  : Agribisnis

                                      

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATIMURA
AMBON


 KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya saya dapat menyelesaiakan penulisan makalah yang berjudul ‘lingkungan tanaman budidaya’Makalah ini di buat  agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "lingkungan tumbuh tanaman budidaya", Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pembuat juga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun,Terima kasih.


Judul : LINGKUNGAN TUMBUH TANAMAN BUDIDAYA
Isi       :
-KATA PENGANTAR
            -DAFTAR ISI
              I.        PENDAHULUAN
                        1.1.      Latar belakang
             II.       IKLIM
                        2.1.      Pengertian
                        2.2.      Unsur-unsur Iklim dan Penjelasannya
                        2.3.      Klasifikasi Iklim dan Penjelasannya
                                    -     Menurut Mohr
-     Menurut Achmidt
-     Menurut Oldeman
-     Menurut Koppen
-     Menurut Thornthwaite
                        2.4.Pengaruh Iklim/Unsur Iklim Terhadap Tanaman Budidaya
            III.       TANAH
                        3.1.      Pengertian
3.2.      Kemampuan Tanah/Lahan,Penjelasannya dan                                  Pengklasifikasiannya
                        3.3.      Kesesuaian Tanah/Lahan,Penjelasannya dan Pengklasifikasiannya
                        3.4.      Pengolahan/Penggunaan Tanah
                                    -     Bentuk-bentuk Penggunaan dan Penjelelasannya
                        3.5.      Pengolahan Tanah
                                    -     Pengertian Pengolahan Tanah
                                    -     Teknik yang di gunakan
                                           (Contoh/ilustrasi/gambar/foto)
            IV.       PENUTUP
                        4.1.      Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA


            I.          PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Selain di pengaruhi oleh factor tanah produktivitas pertanian juga di pengaruhi oleh cuaca dan iklim.Unsur-unsur yang  termasuk dari cuaca dan iklim ialah unsur yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan yaitu; kelembapan,  intensitas cahaya, curah hujan, dan temperature suhu. Untuk memhasilkan produksi pertanian, kita perlu mengamati segala sesuatu yang terjadi di sekitar lahan pertanian untuk mengkontrol pertumbuhan suatu tumbuhan atau tanaman.
Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan, maupun siklus beberapa tahun. Aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala lokal.
Kondisi iklim suatu lokasi saling berpengaruh dengan lokasi lainnya. Untuk menghasilkan data iklim dan menganalisa resiko iklim yang efektif dan akurat. Data iklim sangat di butuhkan mengidentifikasi kemampuan suatu wilayah untuk pengembangan pertanian. Data iklim yang jelas akan membuka kejelasan gejala cuaca dan iklim di suatu daerah atau lingkungan.


II.        IKLIM

2.1.      Pengertian
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam klimatologi.
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain.
Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.
Berdasarkan posisi relatif suatu tempat di bumi terhadap garis khatulistiwa dikenal kawasan-kawasan dengan kemiripan iklim secara umum akibat perbedaan dan pola perubahan suhu udara, yaitu kawasan tropika (23,5°LU-23,5°LS), subtropika (23,5°LU-40°LU dan 23°LS-40°LS), sedang (40°LU-66,5°LU dan 40°LS-66,5°LS), dan kutub (66,5°LU-90°LU dan 66,5°LS-90°LS).

2.2.      Unsur-unsur Iklim dan Penjelasannya
·         Suhu Udara.
Matahari adalah sumber panas utama bagi bumi dan atmosfernya. Namun, panas matahari yang sampai ke permukaan bumi berbeda-beda di setiap tempat. Hal ini menyebabkan suhu udara di setiap tempat berbeda-beda pula.
-Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan suhu udara, antara lain sebagai berikut:
o   Sudut Datang Sinar Matahari
Kita tentu sudah mengetahui bahwa bumi itu berbentuk bulat. Dalam bentuk yang demikian sudut datang sinar matahari ke setiap daerah di bumi tidak sama karena terkait dengan letak lintang suatu wilayah.
Sudut datang sinar matahari di wilayah yang berbeda di lintang rendah lebih besar daripada di wilayah yang berada di lintang tinggi.
Oleh karena itu, di daerah khatulistiwa suhunya lebih tinggi daripada di daerah subtropis dan kutub. Sudut datang sinar matahari adalah sudut yang dibentuk oleh arah datangnya sinar matahari pada permukaan bumi.
Berdasarkan hasil pengamatan, fluktuasi suhu tahunan berbeda-beda antara daerah yang satu dengan yang lain. Karena suhu udara berkaitan dengan lintang bumi, fluktuasi suhu udara di permukaan bumi dapat dibedakan menjadi tiga pola sebagai berikut:
Pola KhatulistiwaFluktuasi temperatur tahunan di daerah khatulistiwa itu kecil, lebih kecil daripada fluktuasi temperatur harian. Pola khatulstiwa mempunyai dua maksimum dan dua minimum, yaitu poda saat matahari berada di atas suatu daerah dan pada saat berada di garis balik.Pola Daerah SedangFluktuasi temperatur tahunan di daerah ini besar, lebih besar daripada fluktuasi temperatur harian.
Fluktuasi temperatur ini akan lebih besar jika suatu daerah terletak di tengah benua dan akan lebih kecil jika berdekatan dengan laut. Dalam pola ini ada satu maksimum dan satu minimum.
Pola Daerah KutubFluktuasi temperatur tahunan di wilayah kutub sangat besar. Pola ini hanya mempunyai satu maksimum dan satu minimum.
o   Lama Penyinaran Matahari
        Lamanya penyinaran matahari di khatulistiwa sebenarnya diukur selama 12 jam sejak matahari terbit hingga terbenam. Namun, dengan adanya faktor penghalang misalnya pohon dan bangunan tinggi, pengukuran tersebut sulit untuk dilakukan.
Oleh karena itu, di Indonesia lamanya penyinaran matahari diukur selama 8 jam mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00.
Lamanya penyinaran matahari biasanya dinyatakan dalam satuan jam dan persen (%). Dengan demikian lamanya penyinaran matahari = 100% jika matahari menyinari suatu daerah selama 8 jam dan berarti di daerah tersebut langit cerah atau tidak tertutup awan.
Lamanya penyinaran matahari diukur dengan menggunakan alat Campbell Stokes/Heliograf. Campbell Stokes/Heliograf dipasang dengan ketinggian 125 cm di atas permukaan tanah. Campbell Stokes/Heliograf terdiri atas bola gekas padat dengan diameter 4 inchi (10,1 cm) yang dipasang di dalam bidang lengkung.
Dengan demikian sinar matahari dapat dikumpulkan pada satu titik. Sinar itu akan membakar kertas pias yang dipasang pada alat tersebut sehingga membentuk tanda yang menunjukkan lamanya penyinaran matahari.
·         Ketinggian Tempat
        Kita tentu pernah merasakan perbedaan suhu udara di daerah dataran rendah dengan daerah dataran tinggi atau pegunungan. Suhu udara di daerah dataran rendah lebih tinggi daripada di daerah dataran tinggi atau pegunungan.
Keadaan tersebut sesuai dengan karakteristik atmosfer, terutama pada lapisan troposfer, yaitu setiap kenaikan 100 meter suhu udaranya turun 0,5 °C.
·         Kejernihan Atmosfer
        Kejernihan atmosfer mempengaruhi besarnya panas matahari yang sampai ke permukaan bumi.
Hal ini disebabkan gas-gas di dalam atmosfer berpengaruh terhadap pemantulan dan penghamburan sinar matahari.
Di daerah yang atmosfernya kotor hanya menerima panas secara langsung dalam jumlah sedikit, sedangkan di daerah yang tidak berawan akan menerima panas secara langsung dalam jumlah yang banyak.
·         Jarak Ke Laut
        Suatu tempat yang dekat dengan laut atau danau suhu udara rata-rata hariannya tinggi, sedangkan tempat yang jauh dengan laut atau danau suhu udara rata-rata hariannya rendah keadaan tersebut dipengaruhi oleh sifat air dan tanah (daratan) dalam menerima panas. Air lebih lambat menerima dan melepaskan panas, sedangkan daratan lebih cepat dalam menerima dan melepaskan panas.
        Pengukuran suhu udara pada saat tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan termometer, sedangkan suhu rata-rata harian diukur selama satu hari (siang dan malam) dengan thermometer/termograf. Jasil pencatatannya disebut termogram.
·         Tekanan Udara
    Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan udara setiap satuan luas bidang datar dari permukaan bumi sampai batas atmosfer. Makin tingi suatu tempat makin rendah tingkat kerapatan udaranya. Oleh karena itu, tekanan udara makin ke atas makin rendah.
    Sebaran tekanan udara suatu daerah dapat digambarkan dalam tampilan peta yang ditunjukan oleh garis isobar. Isobar adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara yang sama pada saat yang sama pula.
·         Angin
        Arah AnginAngin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Adapun penyebab perbedaan tekanan udara adalah intensitas panas matahari. Udara yng terkena panas matahari akan mengambang sehingga tekanan udara menjadi rendah, sedangkan daerah yang tidak mendapat sinar matahari tekanan udaranya tinggi.
Oleh karena itu, udara bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi menuju daerah yang bertekanan udara rendah.Di permukaan bumi daerah yang mempunyai tekanan udara rendah adalah di daerah khatulitiwa karena selalu mendapatkan sinar matahari.
Adapun di daerah kutub utara dan kutub selatan tekanan udaranya lebih tinggi. Oleh karena itu, aliran udara bergerak dari daerah kutub menuju khatulistiwa.
Hubungan antara tekanan udara dengan arah angin dinyatakan dalam Hukum Boys Ballot “Bahwa udara mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah”.Arah angin akan membelok ke kanan di Belahan Bumi Utara (BBU) dan membelok ke kiri di Belahan Bumi Selatan (BBS).Kecepatan Angin Besar kecilnya kecepatan angin ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikuK
o   Besar kecilnya gaya gradien barometrik.
Gaya gradien barometrik adalah besarnya perbedaan tekanan udara antara 2 isobar yang berjarak 11 km dan dinyatakan dalam milibar (mb). Makin besar perbedaan tekanan udara tersebut, maka akan makin cepat angin itu bergerak.
·         Kelembaban Udara
 Kelembapan udara digunakan untuk menyatakan banyaknya kandungan uap air di dalam udara. Sebenarnya jumlah uap air di dalam udara hanya sekitar 2 % dari massa atmosfer. Akan tetapi, uap air merupakan komponen utama yang sangat penting dari segi cuaca dan iklim.
Hal itu disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
o   Besarnya uap air merupakan potensi terjadinya hujan (presipitasi)
Uap air mempunyai sifat meresap radiasi sehingga menentukan cepatnya kehilangan panas.
Dengan demikian uap air ikut mengatur temperatur.Makin besar uap air di dalam udara, makin besar jumlah energi potensial yang tersedia di dalam atmosfer dan merupakan sumber atau awal terjadinya hujan angin ((storm = badai).Kandungan uap air di udara dapat dinyatakan delam dua cara, yaitu kelembapan relatif dan kelembapan absolut.

o   Kelembaban Relatif
o   Kelembapan relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung udara dan jumlah uap air maksimum (jenuh) di dalam udara pada temperatur dan tekanan udara yang sama
o   Curah Hujan (Rainfall)
 Curah hujan adalah partikel hydrometeor yang jatuh dari atmosfer yang sampai ke permukaan bumi dalam bentuk air, salju ataupun es Satuan yang dipakai untuk curah hujan adalah milimeter (mm)Curah Hujan 1 mm?“Air hujan yang yang tertampung (tidak Menguap, Mengalir, dan Meresap) pada suatu wilayah dengan luasan 1 m² pada tempat yang datar dengan tinggi air 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 liter”
2.3.      Klasifikasi Iklim dan Penjelasannya
-           Klasifikasi iklim menurut Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah
hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan
-      Klafikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson
membagi iklim berdasarkan banyaknya curah hujan pada tiap bulan yang dirumuskan sebagai berikut : 3. Iklim Schmidt dan Ferguson Tipe hujan Rasio Q Klasf iklim A 0 ≤ Q < 0,143 sangat basah B 0,143 ≤ Q < 0,333 basah C 0,333 ≤ Q < 0,6 agak basah D 0,6 ≤ Q < 1,0 sedang E 1,0 ≤ Q < 1,67 agak kering F 1,67 ≤ Q < 3,0 kering G 3,0 ≤ Q < 7,0 sangat kering H Q ≥ 7,0 luar biasa kering Rata-rata bulan kering Q = Rata-rata bulan basah
-           Klafikasi iklim menurut Oldemam
Oldeman membagi iklim menjadi 5 tipe iklim yaitu : Iklim A. Iklim yang memiliki bulan basah > 9 kali berturut-turut Iklim B. Iklim yang memiliki bulan basah 7-9 kali berturut-turut Iklim C. Iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali berturut-turut Iklim D. Iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan ketentuan tertentu diurutkan sebagai berikut: a.Bulan basah bila curah hujan lebih dari 200 mm b.Bulan lembab bila curah hujan 100 – 200 mm c.Bulan kering bila curah hujan kurang dari 100 mm 4. Iklim Oldeman
-      Klasifikasi iklim menurut Koppen
Klasifikasi iklim Koppen adalah salah satu istem klassifikasi iklim yang paling banyak digunakan secara luas.Sistem ini dikembangkan oleh Wladimir Köppen, seorang ahli iklim Jerman, sekitar tahun 1884 (dengan beberapa perubahan oleh Köppen, tahun 1918 dan 1936). Kemudian, seorang ahli iklim Jerman yang bernama Rudolf Geiger bekerjasama dengan Köppen untuk merubah sistem klasifikasi, sehingga sistem ini terkadang disebut sebagai sistem klasifikasi Koppen–Geiger .Sistem klasifikasi ini didasarkan pada konsep bahwa tanaman adalah ekspresi terbaik iklim; dan, lingkaran zona iklim telah dipilih dengan distribusi tanaman. Menggabungkan temperatur dan kelembaban rata-rata bulanan dan tahunan, dan kelembabanmusiman.

-    Klasifikasi Iklim Menurut Thornthwaite
 Kenyatakan bahwa tujuanklasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani,
oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya budidaya padi.
Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut.
Suhu menurun sekitar 0.6 oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat.
Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul (Lakitan, 2002). Menurut Hidayati (2001) karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian.
Kadaan suhu yang demikian tersebut membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
2.4.      Pengaruh Iklim/Unsur Iklim Terhadap Tanaman Budidaya
Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan iklim adalah merupakan rata-rata cuaca.
Iklim merupakan faktor produksi tanaman yang penting, tetapi sangat sulit dikendalikan sehingga resiko produksi tanaman yang ditimbulkan oleh iklim kadang-kadang relatif tinggi.
Untuk memperkecil risiko tersebut, beberapa gatra (aspek) seperti penyesuaian terhadap iklim, substitusi unsur-unsur iklim, modifikasi iklim dan prakiraan musim perlu dipahami.
Pertanian maju pada waktu yang akan datang harus melaksanakan berbagai gatra tadi bersama-sama karena kemungkinan tidak ada lagi lahan yang iklimnya benar-benar sesuai untuk suatu tanaman.
Iklim mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan organisme lain yang hidup di muka bumi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang iklim sangat dibutuhkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, iklim akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada suatu kawasan. Penjadwalan budidaya pertanian dan teknik budidaya yang dilakukan petani, pengetahuan tentang iklim penting artinya dalam sektor pertanian.
Pengaruh iklim terhadap tanaman diawali oleh pengaruh langsung cuaca, terutama pengaruh radiasi dan suhu terhadap fotosintesis, respirasi, transpirasi, dan proses-proses metabolisme didalam sel organ tanaman.
Fotosintesis dan respirasi adalah proses biokimia, sehingga memerlukan katalisator sebagai proses kimia fisik. Kecepatan proses tergantung pada aktivitas katalisator yang diatur oleh suhu. Pada kisaran suhu toleransi, semakin tinggi suhu akan mempercepat proses dan meningkatkan produksi.
Bersama-sama dengan faktor-faktor lingkungan yang lain, iklim berpengaruh terhadap hasil tanaman (pertanian):
TANAH + IKLIM/ CUACA + TANAMAN → HASIL TANAMAN
Kita melihat tiga faktor utama yang menentukan hasil tanaman.
Supaya hasil yang diperoleh optimum, maka ketiga faktor tersebut juga harus dalam keadaan optimum seimbang. Jika penguasaan kita terhadap ketiga faktor tersebut tidaklah seimbang, maka jika kita menanam modal untuk mempertinggi produksi, hasilnya akan kurang memuaskan.
Hal ini mengingat setiap hasil usaha juga akan ditentukan oleh faktor yang berada dalam keadaan minimum. Jadi bila dari ketiga faktor tadi, penguasaan kita terhadap iklim masih sangat kurang, maka faktor itulah yang merupakan faktor pembatas.
Sebagai contoh Indonesia diketahui sebagai negara tropis,sebagian besar kawasannya ditandai oleh adanya iklim musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Sebagian besar kawasannya juga masih tadah hujan.
Untuk kawasan semacam ini pada umumnya dalam musim hujan air berlimpah, tetapi sebaliknya pada musim kemarau air tetap merupakan faktor pembatas. Dengan hal semacam ini, negara yang dikatakan subur makmur akhirnya hanya dapat bertanam satu kali walaupun sebenarnya alam memungkinkan untuk dapat bertanam berulang kali dalam satu tahun.
Kalau air tersedia, mungkin kita dapat bertanam dua atau tiga kali. Sudah barang tentu supaya kita dapat menguasai dan memanfaatkan hujan tersebut sebaik-baiknya, sifatnya harus diketahui benar-benar.
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang peranannya dalam pertanian seolah-olah tidak pasti. Jika terjadi kesan semacam itu sebenarnya hanya sebagai akibat dan sifat manusia yang umumnya mudah lupa.
Peranan iklim dalam budidaya tanaman sampai saat ini jelas cukup besar. Hampir tidak ada tanaman di alam terbuka di bumi ini yang hasilnya tidak ditentukan oleh iklim.
Pada waktu unsur-unsur iklim dalam kondisi normal, umumnya orang lupa betapa besarnya peranan menguntungkan, biasanya hanya diingat bahwa keberhasilan tadi semata-mata hasil jerih payah manusia.
Kebanggaan yang sebenarnya secara tidak sadar menipu diri sendiri itu akan terlihat ketika seseorang atau mereka terkejut karena walaupun sudah menerapkan berbagai teknologi, ternyata usaha budidaya pertanian gagal, mungkin akibat hujan tidak datang atau datang tetapi tidak cukup, karena banjir atau adanya night frost, angin ribut atau yang lain. Sikap seperti itu ditemukan juga di Indonesia. Jarang sekali orang menyebutkan pengaruh cuaca.
Pada umumnya orang hanya menyebutkan peningkatan produksi budidaya karena teknologi yang mereka gunakan.
Seperti misalnya produksi naik karena jenis unggul, pupuk, pestisida, dan lain-lain.Menyebut keberhasilan teknologi tidak dilarang, tetapi harus adil. Jika keberhasilan semata-mata hasil jerih payahnya, manusia juga harus bertanggung jawab jika ada kegagalan sebagai dampak perbuatannya.
Hal ini perlu diungkapkan karena umumnya jika ada kegagalan, iklim sangat sering dijadikan kambing hitam. Masalah yang sebenarnya adalah faktor iklim memang merupakan faktor produksi yang sukar dikendalikan. Oleh sebab itu, kita harus pandai mengelola supaya produksi tanaman di samping tinggi, juga stabil atau setidaknya jika terjadi risiko karena iklim, jangan berpengaruh terlalu besar terhadap ketersediaan produksi tanaman.
Kondisi iklim di suatu daerah, terutama penerimaan radiasi matahari, kondisi suhu udara dan tanah akan menentukan pertumbuhan, perkembangan serta kandungan kimiawi di organ. Dalam berbagai tulisan tentang bidang tanaman hampir selalu disebutkan tentang iklim yang cocok untuk jenis tanaman tertentu. Sebagai contoh tanaman tebu menghendaki curah hujan cukup, periode kering cukup, suhu udara yang relatif tinggi, dan sebagainya. Wilayah yang keadaan iklimnya cukup ideal untuk suatu jenis tanaman semacam itu umumnya tidak luas dan ini pun bukannya tanpa risiko iklim. Untuk hal tersebut sering timbul pertanyaan, mengapa meskipun iklimnya sudah ideal, masih dapat terjadi resiko karena iklim.
Sebelum menjelaskan pertanyaan itu, perlu kiranya kita menengok kembali pengetahuan yang sangat elementer tentang iklim. Iklim merupakan rata-rata cuaca. Dalam harga rata-rata ini secara implisit terdapat keadaan yang ekstrem. Misalnya jika disebutkan rata-rata jumlah bulan basah atau bulan kering, berarti ada jumlah bulan basah atau bulan kering yang terkecil atau terbesar. Jika seandainya suatu jenis tanaman memerlukan keadaan iklim ideal dengan empat bulan kering berturut-turut, tetapi sewaktu-waktu bulan keringnya lebih besar atau lebih kecil dari empat, berarti pada waktu itu tidak ideal. Keadaan yang kadang-kadang tidak ideal inilah yang tadi disebut risiko karena iklim.
Iklim terdiri dari beberapa unsur seperti telah dijelaskan, secara keseluruhan berperan besar dalam budidaya tanaman. Walaupun unsur itu berpengaruh secara bersama, tetapi sampai batas tertentu dapat diketahui unsur yang menonjol peranannya untuk suatu komoditas atau wilayah tertentu. Di daerah tropis seperti Indonesia, unsur hujan dianggap menonjol. Khusus dalam bidang pertanian untuk berbagai wilayah, suhu dan curah hujan dianggap paling menonjol. Sekali lagi perlu diingat bahwa hal penonjolan ini tidak boleh melupakan peranan unsur-unsur yang lain. Jika dikatakan peranannya tidak menonjol, sebetulnya karena unsur itu hanya dapat dipastikan kehadirannya di suatu wilayah. Misalnya, di daerah tropis kehadiran radiasi, panjang hari, suhu udara yang relatif tinggi dan stabil menyebabkan peranan unsur-unsur tadi dianggap tidak menonjol sehingga unsur curah hujan dianggap paling menonjol. Curah hujan ini di suatu wilayah memang cukup besar variasinya.Dalam hal kesesuaian iklim untuk tanaman, beberapa klasifikasi iklim dapat dipergunakan. Di Indonesia misalnya untuk tanaman tahunan dapat menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1951), untuk tanaman semusim (padi dan palawija) dapat menggunakan sistem Oldeman dan Sjariffudin (1977).
Dalam memanfaatkan berbagai klasifikasi iklim tadi tetap diingat bahwa berbagai klasifikasi iklim terutama hanya membantu dalam perencanaan
Dalam pelaksanaan di lapangan masih harus dikaitkan kesesuaiannya bersama-sama dengan faktor lain misalnya tanah, tanaman, dan teknologi. Jika kita memilih tipe iklim yang sesuai untuk suatu komoditas tertentu, tujuan utamanya supaya risiko kegagalan relatif kecil yang berarti produksi tanaman relatif stabil.
Semakin tinggi tingkat kesesuaian iklim untuk suatu jenis tanaman tertentu, berarti makin tahan terhadap dampak negatif dan faktor-faktor lain seperti terjadi kenaikan biaya produksi atau penurunan nilai jual produksi.
Wilayah yang kelas kesesuaian iklimnya lebih tinggi akan mampu bertahan dari pada yang kelas kesesuainnya rendah.Seperti telah disebutkan, semua unsur iklim berpengaruh bersama-sama terhadap tanaman.
 Budidaya tanaman konvensional tidak akan berhasil jika ada salah satu unsur iklim tidak hadir atau hadir tidak mencukupi. Dari beberapa unsur iklim yang dikenal, unsur curah hujan sering tidak hadir, baik untuk periode panjang atau pendek. Tidak hadirnya hujan ini dapat diganti atau disubstitusi dengan pengairan. Substitusi ini jika dapat dilaksanakan, di samping dapat menanam setiap waktu dan memilih waktu yang tepat, juga mempunyai keuntungan lain, yaitu kepastian panen yang lebih besar dan umumnya hasilnya pun lebih tinggi atau kualitasnya lebih baik.
 Di samping itu, ada jenis tanaman tertentu yang hasilnya lebih baik justru jika hujan tidak turun, tetapi ada pengairan, misalnya berbagai jenis tanaman hortikultura. Namun demikian, substitusi hujan tidak dapat dilaksanakan sebab belum pasti ada cadangan air di suatu wilayah. Peranan subtitusi hujan dalam bentuk pengairan di Indonesia cukup besar.
Cuaca dan iklim juga berpengaruh terhadap penanganan pascapanen. Pengelolaan terhadap produksi tanaman maupun hewan pascapanen di daerah pertanian sering dilakukan secara sederhana melalui proses alamiah, di antaranya proses penjemuran, penganginan, dan pemeraman pada atmosfer terbuka.
 Proses tersebut akan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim terutama intensitas, lama penyinaran matahari, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan curah hujan. Unsur-unsur iklim tersebut dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas hasil panen.

III.       TANAH

                        3.1.      Pengertian
           
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang ada di planet bumi serta merupakan kunci kerberhasilan makhluk hidup. Tanah adalah lapisan tipis kulit bumi dan terletak paling luar.
Tanah merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur dengan bahan organik. Tanah mengandung partikel batuan atau mineral, bahan organik ( senyawa organik dan organisme ) air dan udara.
Mineral merupakan unsur utama tanah. Pada umumnya mineral terbentuk dari padatan anorganik dan mempunyai komposisi homogen.Tanah terbentuk melalui proses alami dan berlangsung sangat lama.
Selain itu terdapat hubungan antara perkembangan lapisan tanah dan perkembangan tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia. Jenis tanah memiliki perbedaan antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Perbedaan itu terjadi karena berbagai faktor, diantaranya adalah
- Jenis batuan
- Bahan induk
- Curah hujan
- Penyinaran matahari
- Bentuk permukaan bumi
- Organisme yang ada di tanah
- Tumbuh-tumbuhan penutup tanah (Vegetasi)
Selain itu kegiatan manusia juga berpengaruh penting dalam pembentukan tanah.
Misalnya, kegiatan pertanian, kegiatan perhutanan dan perubahan dari pedesaan menjadi perkotaan.
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.
Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah.Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain.
Air dan udara merupakan bagian dari tanah.Karakteristik tanahTubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan.
Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen.Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral.
Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik.
Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau    hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup.
Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.Tanah non-organik didominasi oleh mineral.
Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu), dan lempung.
Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam).Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching).
Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen.
Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya.
Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi[1].Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fasa: fasa padatan, fasa cair, dan fasa gas.
Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini.
Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air.
Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang.
Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
3.2.Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi kemampuan lahan adalah klasifikasi lahan yang dilakukan dengan metode faktor penghambat.
Dengan metode ini setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamanya sampai yang terbesar
            3.3.      Kesusaian Tanah/lahan,penjelasannya dan pengklafikasiannya
Klasifikasi kemampuan lahan adalah klasifikasi lahan yang dilakukan dengan metode faktor penghambat.
Dengan metode ini setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamanya sampai yang terbesar.
Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas; penghambat yang terkecil untukkelas yang terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya.
Sistem klasifikasi kemampuan lahan yang banyak dipakai di Indonesia dikemukakan oleh Hockensmith dan Steele (1943).Menurut sistem ini lahan dikelompokan dalam tiga kategori umum yaitu Kelas, Subkelas dan Satuan Kemampuan (capability units) atau Satuan pengelompokan (management unit).
Pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat.
Jadi kelas kemampuan adalah kelompok unit lahan yang memiliki tingkat pembatas atau penghambat (degree of limitation) yang sama jika digunakan untuk pertanian yang umum (Sys et al., 1991). Tanah dikelompokan dalam delapan kelas yang ditandai dengan huruf Romawi dari I sampai VIII
 Ancaman kerusakan atau hambatan meningkat berturut-turut dari Kelas I sampai kelas VIII, seperti pada Gambar 1.
3.4.pengolahan/penggunaan tanah
            -bentuk-bentuk penggunaan dan penjelasannya
Bentuk-bentuk penggunaan lahan di Indonesia dari tempat satu ke tempat lain beragam bentuknya, tergantung kondisi fisik/lingkungan setempat.
Bentuk-bentuk tersebut dapat didasarkan dari sistem klasifikasi penggunaan lahan yang paling berpengaruh dalam pembuatan peta penggunaan lahan di Indonesia (dalam Purwadhi dan Sanjoto, 2008 : 125-127), yakni :
o   Klasifikasi penggunaan lahan menurut Darmoyuwono, 1964 menekankan pada aspek penggunaan lahan berpedoman pada Commision on World Land Use Survey. Klasifikasinya memiliki hirarki atau penjenjangan yang mantap.Tetapi klasifikasi menurut Darmoyuwono ini kurang digunakan di Indonesia karena kurang disosialisasikan.
o   Klasifikasi penggunaan lahan menurut I Made Sandy, 1977 mendasarkan pada bentuk penggunaan lahan dan skala peta, membedakan daerah desa dan kota. Klasifikasi ini digunakan secara formal di Indonesia oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).
A.     Bentuk Penggunaan Lahan menurut klasifikasi Darmoyuwono (1964)
1.      Lahan permukiman dijabarkan menjadi permukiman dan lahan non-pertanian, meliputi permukiman perkotaan, permukiman pedesaan, permukiman pedesaan bercampur kebun dan tanaman keras, dan lahan non-pertanian lain.
2.      Kebun ditanami sayuran, buah-buahan kecil dan bunga. Kelas ini sangat umum dan terdapat di beberapa pedesaan wilayah Indonesia, biasanya sayuran, buah-buahan kecil seperti tomat, mentimun, dan lainnya merupakan tanaman campuran (tumpang sari) seperti halnya di pertanian lahan kering.
3.      Tanaman keras, antara lain tanaman kelapa, rambutan, tanaman pohon lainnya.
4.      Lahan untuk tanaman semusim, antara lain padi, jagung, ketela pohon, tanaman perdagangan.
5.      Lahan padang rumput yang dikelola, seperti lapangan olah raga.
6.      Tanaman padang rumput yang tidak dikelola untuk penggembalaan.
7.      Lahan hutan, dikelaskan hutan lebat, hutan terbuka, pohon jarang merupakan sabana tropis, hutan belukar, hutan rawa, hutan sudah dibuka atau dibakar, hutan industri, hutan ladang.
8.      Bentuk-bentuk tubuh perairan, adalah rawa air tawar, rawa pasang surut, kolam ikan, sungai, danau, laut.
9.      Lahan tidak produktif, seperti lahan kosong, lahan berbatu, lahan berpasir, lahan berbukit (perbukitan), gunung (pegunugan).
B.     Bentuk Penggunaan Lahan menurut klasifikasi I Made Sandy (1977)
1.      Berdasarkan pemetaan penggunaan lahan skala 1:250.000 dan skala 1:200.000, maka bentuk penggunaan lahan dibedakan menjadi 8 kategori, yaitu perkampungan, sawah, tegalan dan kebun, ladang berpindah, hutan, alang-alang dan semak belukar, rawa, lahan lain-lain.
2.      Berdasarkan pemetaan penggunaan lahan skala 1:100.000, skala 1:50.000, dan skala 1:25.000, penggunaan lahan dibedakan dalam 10 kelas, dengan beberapa sub-kategori :
a.       Perkampungan berupa kampung, kuburan, emplesemen.
b.      Tanah pertanian berupa sawah ditanami padi dua kali setahun, sawah padi satu kali setahun, sawah ditanami setiap tahun bergantian, yaitu padi sekali setahun, sekali setahun bukan padi, dan ladang berpindah.
c.       Lahan perkebunan dengan jenis tanaman karet, kopi, jenis tanaman perkebunan lainnya.
d.      Kebun dapat berupa sawah ditanami sayuran dan tidak pernah ditanami padi, kebun kering dengan berbagai tanaman, hutan dibedakan hutan lebat; belukar; satu jenis tanaman.
e.       Kolam ikan.
f.       Tanah rawa / rawa-rawa.
g.      Tanah tandus atau tanah yang tidak bernilai ekonomis.
h.      Hutan penggembalaan.
i.        Lain-lain (kalau ada sesuai kondisi daerahnya).

3.5.      pengolahan tanah
-           Pengertian pengolahan tanah
            -           Teknik yang di gunakan
Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya.
Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang.
Sistem pengolahan tanah terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan seberapa banyak residu tanaman yang diangkat dari lahan pertanian.
Di Amerika Serikat sejak tahun 1997, sistem pengolahan tanah konservasi semakin banyak digunakan[1][2] karena menghemat banyak waktu, energi, tenaga kerja, dan biaya. Selain itu, pengolahan tanah konservasi berarti semakin sedikit mesin pertanian yang bergerak di atas lahan pertanian sehingga mencegah pemadatan tanah.[2] Namun semakin sedikit tanah yang dibalikkan, semakin sedikit pula cahaya matahari dan udara yang menyentuh tanah bagian dalam, sehingga menghambat penanaman di awal musim semi karena tanah masih dingin setelah tanah membeku di musim dingin.[3]
Manfaat keberadaan residu tanaman di lahan pertanian adalah mencegah erosi karena memperlambat aliran air permukaan, dan mampu menjadi kompos alami karena terdekomposisi selama masa penanaman.

Pengolahan tanah tereduksi
    Pengolahan tanah tereduksi meninggalkan antara 15 hingga 30% residu tanaman untuk tetap berada di lahan pertanian.
Pengolahan tanah intensif
    Pengolahan tanah intensif meninggalkan kurang dari 15% residu tanaman untuk tetap berada di lahan pertanian. Pengolahan tanah intensif mendayagunakan banyak implemen (bajak singkal, bajak piring, dan/atau bajak pahat, ditambah garu dan kultivator) dan jam kerja traktor.
Pengolahan tanah konservasi
    Pengolahan tanah konservasi meninggalkan setidaknya 30% residu tanaman untuk tetap berada di lahan pertanian.
Pengolahan tanah berlajur
    Pengolahan tanah berlajur (strip-tillage) hanya membajak lajur yang akan ditanam. Bagian di antara lajur dibiarkan.[4]
Pengolahan tanah rotasi
    Pengolahan tanah rotasi hanya mengolah tanah secara periodik, yaitu setiap dua tahun sekali atau tiga tahun sekali.[4]
Tanpa pengolahan tanah

    Tanpa pengolahan tanah berarti sama sekali tidak menggunakan bajak. Residu tanaman yang ditanam pada periode sebeumnya dibiarkan mengering. Pada lahan yang luas, sistem ini membutuhkan mesin penanam yang tidak biasa, yang mampu menanam di sela-sela residu tanaman yang masih tegak berdiri.

             Sistem pengolahan tanah
Gambar 1.1  
                                     
           
                       Gambar 1.2
          
                                                 



IV.       PENUTUP
            4.1. Kesimpulan
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim
Tanah merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur dengan bahan organik. Tanah mengandung partikel batuan atau mineral, bahan organik ( senyawa organik dan organisme ) air dan udara.
Mineral merupakan unsur utama tanah. Pada umumnya mineral terbentuk dari padatan anorganik dan mempunyai komposisi homogen.Tanah terbentuk melalui proses alami dan berlangsung
Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor) sangat lama




DAFTAR PUSTAKA
icha. female. 17. student. art. traveling. story. dreams.
HotelsCombined.com
Powered by Blogger | Designed by Elegant Themes | Java TemplatesCoolbthemes.com
.Diposkan oleh Sekar Prima
Posted by fAJAr tRi kUNCORo at 10/03/2011 03:48:00 PM








1 komentar:

  1. Baccarat Online - Online Baccarat - FEBCASINO
    Online Baccarat. febcasino We 메리트 카지노 are always looking to 인카지노 improve our gaming experience as the market expands and the live casinos available offer

    BalasHapus